Sulap Lahan Gambut Jadi Pertanian Nanas, Desa Tangkit Mampu Dongkrak Ekonomi Masyarakat

JAMBI I STARINTI.COM – Ratusan hektare tanaman nanas terhampar di lahan gambut Desa Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muaro Jambi. Sekitar 22 ribu buah nanas di panen setiap hari oleh para petani desa tersebut untuk siap dijual, baik ke pasar lokal maupun luar daerah.

Nanas menjadi primadona buah andalan penopang ekonomi sebagian besar masyarakat Desa Tungkat.

Hamparan luas lahan yang dijadikan kebun nanas, juga dimanfaatkan sebagai agrowisata untuk meningkatkan pendapatan desa. Agrowisata nanas didesa ini ramai dikunjungi, baik masyarakat lokal maupun dari luar kota.

Setiap pengunjung agrowisatan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 5 ribu per orang. “Disini juga ada paket edukasi, bagi anak sekolah dan mahasiswa yang akan dipandu langsung oleh guide, mulai dari proses menanam sampai panen.”kata Sekdes Desa Tungkit, Rahman, saat dibincangi media, Minggu (23/11/25).


Rahman menceritakan, terbentuk Tangkit sebagai desa penghasil nanas karena faktor ketidaksengajaan.” By accident.”kata Rahman.

Lokasi desa ini di tahun 70 an kata Rahman merupakan lahan gambut digenangi air. “Kalau bahasa kami kawasan ini adalah lahan payau atau danau.”jelasnya.

Masyarakat beraktifitas bisa menggunakan perahu melewati lahan ini. “Oleh orang pendatang dari Sulawesi, lokasi ini dibuatlah parit sebanyak 10 parit masing-masing setiap perit berjarak 50 meter.”ujarnya.

Dengan adanya parit kata Rahman, air di lahan tersebut bisa dikeringkan. ” Semula masyarakat nanam padi, namun gagal karena tidak berbulir, tanam kepala hasilnya tak maksimal sering busuk pucuk, hingga akhirnya ditanam singkong. Dan Alhamdulillah cukup berhasil.”terangnya.

Hasil singkong yang melimpah ternyata tak juga membuat masyarakat sejahtera. Karena kesulitan memasarkannya. Sehingga oleh masyarakat singkong dijadikan makanan pokok pengganti beras pada saat itu.

Seiring waktu kata Rahman, oleh salah satu tokoh masyarakat Desa Tangkit mengambil bibit nanas dari warga desa tetangga yng ditanam di pekarangan rumah. “Dari bibit itu ditanam lah di pekarangan rumah. Dan ternyata berbuah, hingga semua masyarakat menanam nanas di setiap rumahnya, dan jadilah Desa Tangkit sebagai desa penghasil nanas seperti sekarang ini.

Dikatakan Rahman, hamparan tanaman nanas yang luas ini berasal dari satu bibit yang dulunya diambil oleh masyarakat yang ditanam di pekarangan rumah.” Jadi tidak ada bibit dari pemerintah atau bibit beli.”aku Rahman.

Tidak banyak teknik atau teori yang diterapkan petani nanas di desa ini. Proses penanaman masih sederhana. “Tinggal tanam saja, paling tiga kali atau dua kali kita lakukan penyiangan untuk penjarangan tanaman dengan menggunakan parang.”jelasnya.

Walaupun teknik menanam dilakukan sederhana, kualitas nanas yang dihasilkan tidak mengecewakan. “Rasa nanasnya manis.”katanya.

Selain dijual langsung, ujar Rahman hasil panen nanas yang berlimpah juga diolah menjadi minuman, selai dan masih banyak olehan lainnya. “Olahan nanas dibuat oleh pelaku UMKM desa ini yang dibina langsung oleh desa dan dipasarkan melalui BUMDes.”ungkapnya.

Keberhasilan Desa Tangkit dalam mengembangkan tanaman nanas, banyak dilirik masyarakat luar yang ingin belajar menerapkan tanaman ini di wilayah gambut daerah mereka.

“Ada salah satu daerah di Jambi yng sudah mengaplikasikan tanaman nanas di lahan gambut daerah mereka. Dan hasilnya nanasnya mendekati ada kesamaan.”tandas Rahman.(DONI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *